Media Indonesia Selasa, 23 September 2008 00:01 WIB

Dari Musala Bilik ke Masjid Transit Umat Muslim Dunia

Sebagai sebuah bandara, Soekarno-Hatta lebih dikenal dengan keterbatasan fasilitasnya daripada keunggulannya. Membandingkan fasilitas Soekarno-Hatta dengan bandara lain di Asia Tenggara seperti Changi di Singapura atau KLIA di Kuala Lumpur, terasa betapa drastisnya perbedaan itu.

Tapi ternyata ada fasilitas di Bandara Soekarno-Hatta (BSH) yang cukup membanggakan. Umat Islam dari berbagai daerah maupun belahan dunia yang masuk ke Indonesia melalui bandara ini banyak yang menyempatkan diri beribadah di Masjid Nurul Barkah di jalan pintu MI BSH.
Masjid Nurul Barkah dibangun dengan arsitektur gaya Timur Tengah pada 1987. Letak tepatnya berada di antara jalan akses menuju Terminal I untuk penerbangan domestik dan Terminal II untuk penerbangan mancanegara.

Letaknya itu memudahkan umat Islam yang datang atau pergi via bandara internasional tersebut untuk mampir sejenak di masjid dan beribadah. Penumpang penerbangan internasional pun, bila jadwal penerbangannya masih agak lama, menyempatkan datang ke Nurul Barkah.
"Masjid Nurul Barkah adalah masjid transit umat muslim di seluruh dunia," kata pengurus Yayasan Nurul Barkah, Abdul Rajak.

Masjid ini berdiri di lahan seluas 3.600 meter persegi dan mampu menampung 4.000 orang.
Awalnya, kata Rajak, Masjid Nurul Barkah adalah musala yang terbuat dari bilik. Namun, setelah BSH diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 1984, musala tersebut semakin banyak didatangi jemaah.
Mereka adalah masyarakat umum, karyawan perusahaan sekitar BSH, maupun penumpang yang datang dan hendak pergi melalui bandara internasional tersebut.
Semakin lama, musala dari bilik itu tak cukup lagi menampung penumpang dan karyawan yang datang untuk beribadah. Musala itu kemudian dipugar menjadi masjid dengan luas bangunan 1.200 meter persegi yang mampu menampung 1.200 orang.

Pada 1997, musala yang sudah berbentuk masjid itu diperluas lagi. Caranya ditarik beberapa meter ke samping kiri, kanan, depan, dan belakang masjid. Luas Masjid Nurul Barkah saat ini mencapai 3.600 meter persegi.

Biaya operasional Masjid Nurul Barkah bisa mencapai Rp7,5 juta per bulan. Biaya tersebut ditanggung oleh PT Angkasa Pura (APII) selaku pengelola bandara internasional itu.
Karena tingkat lalu lalang manusia yang tinggi, infak yang masuk tiap bulannya di Nurul Barkah bisa mencapai puluhan juta rupiah. Dana itu, menurut Rajak, lewat Yayasan Amal Zakat, Infaq dan Sadakoh (Yazis) disalurkan pada masyarakat tidak mampu di sekitar BSH empat kali setahun. Bahkan dari hasil infak itu juga, Yayasan Nurul Barkah tiap bulan rutin memberi beasiswa kepada 50 siswa SMP dan SMA berprestasi di sekitar bandara.(Sumantri Handoyo/J-4)

0 komentar:

Posting Komentar